Senin, 26 Oktober 2009

My Identity

My name is Achmad Rizki Zakaria biasa dipanggil Zaki , saya terlahir sebagai anak Pandaan , aku terlahir pada tanggal oktober tahun 1994 , di Pandaan gua lumayan terkenal karena mbah2 ku dulunya orang hebat , dari ortu ayah ku dulu bakpaknya ayahku dalah dokter yang cukup terkenal dimana - mana walaupun tidak membuka praktek seperti kebanyakan dokter lainnya tapi kakekku cukup terkenal sampai pelosok pelosok bahkan sampai ke Surabaya . sedangkan dari ortu ibuku kakekku adalah salah satu penyumbang dari pembangunan masjid Jami' Pandaan. Sehingga sampai sekarang orang2 yang dulu pernah berobat ke kakekku banyak yang masih ingat ke keluargaku , kadang - kadang ada yang bertanya "putune paiban ngge.." lalu kujawab "ngge.." terus ada lagi yang bertanya "putune kaji atok ngge.." kujawab juga "ngge.." .




Aku terlahir di Pandaan sebagai anak ke - 2 dari 2 bersaudara kakakku bernama Rizka Ahda biasa dipanggil Rizka atau Ahda , kakakku lahir pada tahun 1990 . Sekarang kakakku sedang menjalani kuliah Semester 5 di UNIBRAW dan mengambil jurusan sastra Inggris . Alhamdulillah kakakku sudah bisa membeli mobil sendiri dalam waktu 4 bulan tanpa minta ortu melalui bisnis grosir pulsa. (pengen...??? ntar tanya q sendiri di fb q Zaki_vengeance@yahoo.com taw tanya Q langsung) . Aku beralamat di JL. Sultan Agung No.90 Pandaan,Pasuruan. umurku hampir sama dengan rumahku karena waktu aku lahir hampir bersamaan dengan selesainya rumahku , sehingga kalau dihitung hitung umur rumaku sekitar 15 tahun , dan sampai sekarang mengalami beberapa kali renovasi , kata orang tuaku aku waktu kecil pernah ketiban TV dan itu membuat hidung Q biru , dan sampai sekarang fotonya masih ada ketika hidung ku masih membiru , pernah juga aku masih ingat aku marah tapi q lupa marah kenapa tapi seingat aku aku marah di kamar ibuku dan semua losion - losion yang biasanya di pakek ibuku aku tumpahin semua ke lantai , memang dulu aku agak nakal , buktinya waktu maen ke tetangga ku aku liat tetanggaku sedang memperbaiki kursi yang rusak , aku lihat palu aku pukul - pukul kayu pakek palu , eh ga taunya tangan q yang aku palu , dan tangan ku sekarang yang membiru gara - gara palu , sungguh malang nasibku.




Kemudian aku beranjak dewasa , di mulailah petualangan bersama anak anak TK , aku sekolah di TK Masyitoh 1 Pandaan , aku banyak lupa se tentang masa masa TK ku dulu , tapi ada pengalaman lucu juga waktu aku di TK , waktu itu aku tak tahan lagi mau kentut , tapi karena aku masi kecil yo ora ngerti opo - opo to yo ,
jadi aku tahan deh , tapi yang paling aku gak bisa tahan adalah angin yang mau keluar alias kentut , mau gak mau keluarlah angin itu , untung aja yang bau cuman teman sebangkuku aja hehe... , truz ada lagi pengalaman q waktu TK udah buru buru mau berangkat ke skull naek dokar pula , eh ga taunya skulnya libur , tau gak si lho kan ngebete'in banget , akhirnya di Twitter langsung aku pasang deh keluhan Q , kwkwkwkwkwkwkwkw , bcanda kok . Akhirnya akupun beranjak SD , aku bersekolah di SD Maarif Jogosari Pandaan , di SD aku lebih ke pendiem sebab aku waktu kelas 3 di pindah ke kelas A yang sebelumnya aku di kelas B , nah pas waktu kelas 6 SD teman laki - laki ku mulai rusak pergaulannya , apalagi pas pulang ujian UAS , sepulang ujian langsung ke rumah temenku yang berada di deketnya pasar lama Pandaan , nah waktu di jalan itu temen -temenku jahilnya keterlaluan sebab tiap ada anak cewek SMA lewat anak anak langsung lompat dan memeluk anak SMA itu , aku walaupun tidak ikut tapi malu dilihat anak SMA itu . Akhirnya lulus lah aku dari SD , beranjaklah ke SMP aku bersekolah di SMPN 1 PANDAAN di SMP termasuk masih pendiam sebab ada kesalahan kecil yang aku perbuat sehingga temenku dari kecil marah habis -habisan dan nggak mau ngomong sampai kelas 3 , akhirnya wak tu naek ke kelas 3 1 bulan lebih mungkin , tiba - tiba dia meminta maaf ke aku , akhirnya semua pertemanan pun berjalan lancar kembali , oh ya waktu aku kelas 2 sku pernah suka sama seseorang , aku usahain dapet nomernya , akhirnya dapet juga , aku smsa sama dia tiap hari bahkan pernah sampai jam 12 malam , sampai - sampai aku dimarahin ibuku gara - gara belum tidur , waktu aku tembak dia , eeeeehhh dianya nolak dengan alasan "maaf ya aku masih menunggu seseorang" hancurlah hatiku (lebay) akhirnya kontak komunikasi antara kamipun terputus sampai detik ini .




Aku sebenernya bingung milih masuk SMA apa masuk SMK , akhirnya kuputuskan masuk ke SMK , tes demi tes pun aku hadapi , nah waktu bahasa inggris terus terang aku gak bisa bahasa inggris jadi ancur ancuran deh bahasa inggrisnya , Alhamdulillah aku di terima di SMKN 1PURWOSARI dan mengambil bidang keahlian IT , akhirnya masa - masa MOS pun dimulai aku bertepatan pada kelas 10 TI 1 , kakak OSIS yang membimbingku adalah kak Sony dan Kak Nova , Kak Sony orangnya lucu dan kak Nova orangnya cantik sampai - sampai salah satu temenku yang namanya Salman tergila gila sama kak Nova , MOS demi MOS pun dilewati , akhirnya setelah selesai MOS kita yang angkatan baru sudah dianggap menjadi 100% anak SMKN 1 PURWOSARI , Nah pas masuk SMK aku mulai berubah gara - gara satu kelas dengan HANOKER CLUB (khusus cowok) , anak - anak 10 MM 1 salah satunya adalah Fuad , dia rambutnya kriting gak karu - karuan , dan bisa dibilang kata anak anak saya ini orangnya humoris , soalnya saya belajar banyak dari guru saya yang bernama Irwin anak 10 MKT , dan sampai sekarang aku belum mampu menyaingi ke mbanyolannya si Irwin .




Aku sih orangnya tidak neko neko , aku hobinya futsal , bisa di bilang humoris sebab di kelas gak akan rame kalo gak ada aku , aku kayaknya masih pendiem , masih punya sopan santu , masih mengerti agama bangsa dan negara , cita cita Q menjadi orang yang berguna bagi agama bangsa dan negara kalo makanan favorit sih apa aja yang penting perut kenyang , minuman favorit paling juga es teh , mungkin itu aja salah satu pengalaman maupun identitas diriku , jadi sekian dulu Wasalam.




Rabu, 14 Oktober 2009

RHOMA IRAMA PATENKAN MUSIK DANGDUT


Raja Dangdut Rhoma Irama tengah mengurus hak paten musik dangdut sebagai musik Indonesia. "Saat ini prosesnya sedang diajukan ke Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia (Dephukham)," katanya.

Gonjang-ganjing banyaknya karya kesenian asli Indonesia dicuri pihak bangsa lain, mendorong Rhoma buru-buru membuat hak paten musik dangdut. Namun Rhoma juga memberi peluang kepada pihak mana saja yang merasa lebih berhak dengan musik dangdut untuk mengklaim.

"Sebab untuk mendapatkan hak paten musik dangdut ini diperlukan adanya klaim dari satu figur. Nah sebelum ada figure yang mau mengklaim musik dangdut sebagai musik kita, saya maju," kata Ketua Umum Persatuan Artis dan Musisi Melayu (Dangdut) Indonesia (PAMMI). Oleh karenanya, Rhoma menambahkan, jika ada figur lain yang merasa lebih berhak dirinya akan mundur dan mendukung klaim hak paten itu.

Maklumlah, perkembangan musik dangdut selama 30-an tahun belakangan sudah mencapai dunia internasional. Meskipun masih ada perdebatan antara musik dangdut sebagai ambilan dari India dengan perkembangan musik Melayu yang khas di Indonesia. Pada perjalanannya, beberapa negara seperti Jepang, Korea termasuk Amerika telah lama mempelajari musik dangdut. "Saya pikir sudah waktunya karya bangsa ini dicatat dan dipatenkan supaya tidak lagi diklaim pihak asing," tambah Bang Haji.



RHOMA MASIH PRIHATIN TERHADAP DANGDUT


Raja Dangdut Rhoma Irama masih memprihatinkan pertumbuhan musik dangdut yang terancam kehancuran fatal. "Penyebabnya sepele. Sepanjang masyarakat masih menyukai erotisme dalam musik dangdut, maka jangan harap musik itu bisa langgeng. Masyarakat akan muak dengan dangdut," ujar Rhoma di Jakarta, kemarin. Karenanya Rhoma menyarankan, jika ingin melihat dangdut tetap disukai, maka pencinta dangdut harus konsekuen memerangi goyangan erotisme di musik dangdut. Dikemukakannya, tanpa goyang erotis musik dangdut dapat berkembang dengan baik.

Diakui, saat ini perjalanan musik dangdut memang sedang jeblok. Itu disebabkan oleh dua faktor besar, yakni faktor internal dan eksternal. "Sekarang peminat dangdut memang sedang turun, tidak seperti beberapa waktu lalu, ketika tidak ada televisi yang tidak memiliki acara dangdut. Karena itu, kemudian terjadilah euforia dangdut dan banyak penyanyi dangdut yang muncul asal jadi. Ditambah lagi muncul erotisme di dangdut," kata Rhoma. Faktor erotisme ini katanya, membuat penggemar dangdut dari kalangan menengah ke bawah dan kalangan religi yang mendominasi meninggalkan dangdut. Mereka menganggap musik dangdut menjijikan dan mesum.

"Karena itu, selama erotisme masih dominan di dangdut, dangdut tidak akan pernah bangkit lagi. Erotisme di musik dangdut ini sudah keterlaluan. Dia mengancam kelangsungan hidup dangdut, sementara musik rock dan pop hampir tidak ada unsur erotismenya," ujar Rhoma.

Faktor kedua adalah faktor eksternal yang menyangkut sunatullah. Dalam kehidupan selalu ada siklus dominasi. "Kalau dalam sepak bola kesebelasan Brasil tidak selalu juara, dan dalam dunia bulu tangkis Indonesia tidak selalu juara, di musik juga demikian. Dangdut tidak selalu dominan," kata Rhoma.

Sebenarnya, menurut ayah kandung Ridho Rhoma ini, hadirnya Ridho sudah menjadi lokomotif pembangkit dangdut. Tapi sayang, belum diikuti penyanyi dan grup dangdut lainnya.



RHOMA MASIH PRIHATIN TERHADAP DANGDUT


Raja Dangdut Rhoma Irama masih memprihatinkan pertumbuhan musik dangdut yang terancam kehancuran fatal. "Penyebabnya sepele. Sepanjang masyarakat masih menyukai erotisme dalam musik dangdut, maka jangan harap musik itu bisa langgeng. Masyarakat akan muak dengan dangdut," ujar Rhoma di Jakarta, kemarin. Karenanya Rhoma menyarankan, jika ingin melihat dangdut tetap disukai, maka pencinta dangdut harus konsekuen memerangi goyangan erotisme di musik dangdut. Dikemukakannya, tanpa goyang erotis musik dangdut dapat berkembang dengan baik.

Diakui, saat ini perjalanan musik dangdut memang sedang jeblok. Itu disebabkan oleh dua faktor besar, yakni faktor internal dan eksternal. "Sekarang peminat dangdut memang sedang turun, tidak seperti beberapa waktu lalu, ketika tidak ada televisi yang tidak memiliki acara dangdut. Karena itu, kemudian terjadilah euforia dangdut dan banyak penyanyi dangdut yang muncul asal jadi. Ditambah lagi muncul erotisme di dangdut," kata Rhoma. Faktor erotisme ini katanya, membuat penggemar dangdut dari kalangan menengah ke bawah dan kalangan religi yang mendominasi meninggalkan dangdut. Mereka menganggap musik dangdut menjijikan dan mesum.

"Karena itu, selama erotisme masih dominan di dangdut, dangdut tidak akan pernah bangkit lagi. Erotisme di musik dangdut ini sudah keterlaluan. Dia mengancam kelangsungan hidup dangdut, sementara musik rock dan pop hampir tidak ada unsur erotismenya," ujar Rhoma.

Faktor kedua adalah faktor eksternal yang menyangkut sunatullah. Dalam kehidupan selalu ada siklus dominasi. "Kalau dalam sepak bola kesebelasan Brasil tidak selalu juara, dan dalam dunia bulu tangkis Indonesia tidak selalu juara, di musik juga demikian. Dangdut tidak selalu dominan," kata Rhoma.

Sebenarnya, menurut ayah kandung Ridho Rhoma ini, hadirnya Ridho sudah menjadi lokomotif pembangkit dangdut. Tapi sayang, belum diikuti penyanyi dan grup dangdut lainnya.


KORAN ASIA WEEK MENDAULAT RHOMA IRAMA SEBAGAI BINTANG ASIA TENGGARA 1985


Pada penghujung bulan Juli 1985, Rhoma Irama bersama grup Sonetanya menghentak stadium negara Kuala Lumpur, Malaysia. Menurut catatan wartawan Asia Week waktu itu, tak kurang 12 ribu penonton menikmati pertunjukannya. Sebagian besar, kata tulisan itu, adalah warga negara Indonesia yang diperantauan. Meskipun tak sedikit kalangan muda Malaysia terkagum-kagum atas penampilan Rhoma dan Sonetanya.

Asia Week lalu menulis, Rhoma Irama yang saat itu berusia 38 tahun merupakan bintang terbesar Asia Tenggara (The Star of Asean). Pandangan orang tentang musik Melayu yang semula kurang menggigit mengalami perubahan di tangan Rhoma. Accordeon diganti synthesizer, keyboard sekelas penampilan musik hard rock, dan segala pembaharuan lainnya. "Syairnya Rhoma lebih mewakili pandangannya tentang agama," kata tulisan tersebut.

Penampilannya di Malaysia saat itu menjadi catatan sendiri yang memperluas jaringan penggemarnya di luar negeri. Hingga kini, nama Rhoma dan Soneta masih melegenda di negeri jiran yang kini tengah banyak "urusan" dengan bangsa Indonesia itu. Bagaimanapun tak bisa dipungkiri, bahkan di Kesultanan Kedah nama Rhoma Irama begitu harum hingga sejak tahun lalu dilibatkan pada acara-acara penting di negeri itu. Bukan saja di Malaysia, Rhoma juga memiliki penggemar fanatik di Singapura, Brunei dan Negari jiran lainnya.



Amerika boleh punya King of Rock ataupun King of Pop, tapi Indonesia juga tidak kalah karena kita punya Raja Dangdut: Rhoma Irama, Sang Satria Bergitar Legenda.


Sedari kecil, Rhoma sudah menunjukkan musikalitas yang luar biasa. Dia suka melantunkan lagu "No Other Love" kesukaan ibunya. Bahkan konon sewaktu dia masih bersekolah di Tasikmalaya, satu kelas menjadi kosong karena pindah ke kelas lain untuk menyaksikan Rhoma beraksi menyanyi. Bakat musiknya sedikit banyak merupakan warisan dari Ayahnya yang mahir bermain suling dan menyanyikan lagu-lagu Cianjuran. Pamannya, Arifin Ganda, juga turut andil dalam memupuknya dengan memperkenalkan lagu-lagu Jepang saat Rhoma masih kecil.


Salah satu prestasi musiknya yang cukup menonjol saat masih kecil adalah ketika dia menarik perhatian seorang musisi senior pada jaman itu, Bing Slamet, saat membawakan sebuah lagu barat pada pesta di sekolahnya. Karena itulah, pada waktu Rhoma masih duduk di kelas 4 SD, Bing Slamet membawanya untuk tampil pada sebuah pertunjukan di Gedung Serikat Buruh Kereta Api (SBKA).


Sosok kharismatis yang akrab disapa sebagai Bang Haji ini lahir pada 11 Desember 1946 di Tasikmalaya. Putra dari pasangan Raden Burdah Anggawiya dan Tuti Juariah, dia adalah anak kedua dari empat belas bersaudara.


Terlahir dengan nama Irama, pemberian sang ayah yang kagum atas kelompok sandiwara Irama Baru yang pernah menghibur pasukan pimpinan beliau, dia sering dipanggil Oma sedari kecil, dan saat digabungkan dengan gelar Raden dan Haji yang dimilikinya, jadilah nama panggungnya yang dikenal semua kalangan, R. H. Oma Irama, alias Rhoma Irama.


Kecintaan sekaligus keprihatinannya pada musik Orkes Melayu (akar dari musik dangdut) yang termarginalisasi oleh gelombang musik Rock mendorong Rhoma Irama membentuk Soneta Group yang beranggotakan delapan personel pada 11 Desember 1970. Soneta berambisi untuk membuat revolusi musik di mana Orkes Melayu bisa berdiri sejajar dengan jenis musik lainnya.


Bersama Soneta Group, Rhoma sukses merombak citra musik dangdut (orkes melayu), yang tadinya dianggap musik pinggiran menjadi musik yang layak bersaing dengan jenis-jenis musik lainnya. Keseluruhan aspek pertunjukan orkes melayu dirombaknya, mulai dari penggunaan instrumen akustik yang digantinya dengan alat musik elektronik modern, pengeras suara TOA 100 Watt yang diganti dengan sound system stereo berkapasitas 100.000 Watt, pencahayaan dengan petromaks atau lampu pompa digantinya dengan lighting system dengan puluhan ribu Watt, begitu juga dengan koreografi serta penampilan yang lebih enerjik dan dinamis di atas panggung. Kesuksesannya bersama Soneta untuk merevolusi orkes melayu menjadi dangdut itulah yang menyebabkan seorang sosiolog Jepang, Mr. Tanaka, menyatakan Rhoma sebagai "Founder of Dangdut".


Nama dangdut sendiri yang tadinya merupakan cemoohan atas musik orkes melayu berdasarkan suara gendangnya, justru diorbitkan Rhoma Irama pada tahun 1974 dengan menjadikannya sebagai sebuah lagu: Dangdut (yang kini lebih populer dengan nama Terajana). Rhoma juga semakin mengukuhkan predikat dangdut sebagai musik yang bisa diterima semua kalangan lewat lagunya "Viva Dangdut" yang dia ciptakan tahun 1990.

Bersama Soneta Group, Rhoma mewakili musik dangdut dalam konser perdamaian di Istora Senayan, berbagi panggung dengan Ahmad Albar dan God Bless sebagai representatif musik rock. Konser tersebut berhasil mendamaikan perseteruan yang selama itu terjadi antara kubu musik dangdut dan musik rock.


Duetnya dengan Elvy Sukaesih mengantarkan keduanya kepada puncak popularitas. Lagu-lagu mereka seperti "Janda Atau Perawan" dan "Penasaran" masih dikenal hingga saat ini. Bahkan, begitu serasinya duet keduanya, membuat Rhoma mendapat gelar Raja Dangdut, sementara Elvy yang menjadi Ratu Dangdutnya.


Rhoma juga berhasil mewujudkan impiannya untuk berduet bersama penyanyi idolanya sedari kecil, seorang Mahabintang dalam dunia musik India yang telah menjual dua milyar rekaman, Latha Mangeshkar, dan tercantum namanya di Guinness Book of Records.


Sukses mengangkat derajat musik dangdut, Rhoma dan Soneta melanjutkan perjuangan memasuki bidang dakwah dan syiar Islam. Dengan konsep Sound of Moslem, lirik-lirik lagu Soneta senantiasa diisi pesan moral yang sarat nilai-nilai Islami. Rhoma percaya bahwa musik bukanlah sekedar sarana untuk hura-hura belaka, namun merupakan sebuah pertanggungjawaban kepada Tuhan dan manusia, dengan kekuatan untuk mengubah karakter seseorang, bahkan karakter sebuah bangsa.


Rhoma melakukan dakwah Islam tidak hanya lewat musik, tapi juga lewat film-film layar lebar bernuansa musikal yang dibintanginya. Salah satu filmnya yang berjudul "Nada Dan Dakwah" (1991) dengan jelas menggambarkan nafas perjuangan Rhoma.







Lewat "Nada dan Dakwah", Rhoma juga mendapatkan nominasi aktor pemeran utama terbaik untuk FFI 1992.


Pada tahun 1992 juga, Rhoma mendapatkan pengakuan dari dunia musik Amerika, saat majalah Entertainment edisi Februari tahun tersebut mencantumkannya sebagai "Indonesian Rocker". Album berisikan lagu Rhoma mendapat ulasan sebagai alunan musik yang seolah datang dari planet lain, dan mendapatkan predikat A+ yang sangat istimewa.


Terkadang Rhoma berseberangan dengan pemerintah saat melakukan kritik sosial untuk menggugat kebijakan yang dianggapnya kurang sesuai dengan kaidah agama, seperti legalisasi Porkas dan SDSB. Lagu-lagu seperti "Pemilu" dan "Hak Asasi" (1977), "Sumbangan" dan "Judi" (1980), serta "Indonesia" (1982) sarat kritik dan sentilan, sehingga dia sempat diinterogasi pihak militer di era Orde Baru, dan dicekal tampil di TVRI selama 11 tahun lamanya.


Rhoma juga pernah duduk sebagai wakil rakyat dalam DPR. Untuk membuat syiar dan dakwahnya lebih efektif, dia menggandeng partai-partai politik yang punya jalur, jangkauan, serta akses yang luas.


Rhoma juga berpartisipasi aktif dalam menggunakan jalur politik untuk syiar dan dakwah, dengan turut mengusulkan beberapa butir Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi (RUUPP) ke DPR.


Rhoma tidak hanya mencurahkan perhatiannya pada dakwah dan syiar, tapi dia juga peduli dengan nasib sesama musisi, terutama mereka yang berkecimpung dalam dunia Dangdut. Dia mendirikan PAMMI (Persatuan Artis Musik Melayu Dangdut Indonesia) dan menjabat sebagai Ketua Umumnya. Dia juga memimpin pendirian AHDCI (Asosiasi Hak Cipta Musik Dangdut Indonesia) untuk memperjuangkan hak atas pembagian royalti yang lebih baik untuk para pencipta musik Dangdut.









Kepedulian Sang Raja Dangdut akan masalah dan bencana yang menimpa saudara-saudara sebangsanya juga sangat tinggi. Rhoma bersama PAMMI aktif dalam menggalang dana untuk membantu korban gempa dan tsunami di Aceh. Secara pribadi, Rhoma menyumbangkan gitarnya untuk dilelang, dan laku terjual seharga Rp 150 juta, yang kira-kira setara dengan beras 10 truk.


Kiprah dan dedikasi Sang Legenda juga diakui dunia, terbukti dengan gelar Professor Honoris Causa dalam bidang musik yang diterimanya dari dua universitas yang berbeda, yaitu dari Northern California Global University dan dari American University of Hawaii, keduanya dari Amerika.


Pada 16 November 2007, Rhoma menerima penghargaan sebagai 'The South East Asia Superstar Legend' di Singapura. Mengakhiri tahun 2007 ini, Rhoma akan menerima Lifetime Achievement Award pada penyelenggaran perdana Anugrah Musik Indonesia (AMI) Dangdut Awards, yang akan dilangsungkan di Theater Tanah Airku, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, pada 23 Desember 2007. Nama Rhoma sendiri akan diabadikan sebagai nama piala untuk 6 kategori permainan instrumen musik Dangdut.


Rhoma telah menciptakan lebih dari 500 lagu Dangdut, dan dia juga memperoleh predikat pencipta lagu Dangdut terlaris.



Rhoma Irama

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari
Rhoma Irama
Rhoma irama.jpg
Biodata
Lahir 11 Desember 1946 (umur 62)
Asal Flag of Indonesia.svg Tasikmalaya, Indonesia
Genre Dangdut
Pekerjaan Penyanyi, Aktor
Situsweb http://www.rajadangdut.com

Raden Oma Irama yang populer dengan nama Rhoma Irama (lahir di Tasikmalaya, 11 Desember 1946; umur 62 tahun) adalah musisi dangdut dari Indonesia yang berjulukan "Raja Dangdut".

Daftar isi

[sembunyikan]

[sunting] Sekilas

Pada tahun tujuh puluhan, Rhoma sudah menjadi penyanyi dan musisi ternama setelah jatuh bangun dalam mendirikan band musik, mulai dari band Gayhand tahun 1963. Tak lama kemudian, ia pindah masuk Orkes Chandra Leka, sampai akhirnya membentuk band sendiri bernama Soneta yang sejak 13 Oktober 1973 mulai berkibar. Bersama grup Soneta yang dipimpinnya, Rhoma tercatat pernah memperoleh 11 Golden Record dari kaset-kasetnya.

Berdasarkan data penjualan kaset, dan jumlah penonton film- film yang dibintanginya, penggemar Rhoma tidak kurang dari 15 juta atau 10% penduduk Indonesia. Ini catatan sampai pertengahan 1984. "Tak ada jenis kesenian mutakhir yang memiliki lingkup sedemikian luas", tulis majalah TEMPO, 30 Juni 1984. Sementara itu, Rhoma sendiri bilang, "Saya takut publikasi. Ternyata, saya sudah terseret jauh."

Rhoma Irama terhitung sebagai salah satu penghibur yang paling sukses dalam mengumpulkan massa. Rhoma Irama bukan hanya tampil di dalam negeri tapi ia juga pernah tampil di Kuala Lumpur, Singapura, dan Brunei dengan jumlah penonton yang hampir sama ketika ia tampil di Indonesia. Sering dalam konser Rhoma Irama, penonton jatuh pingsan akibat berdesakan. Orang menyebut musik Rhoma adalah musik dangdut, sementara ia sendiri lebih suka bila musiknya disebut sebagai irama Melayu.

Pada 13 Oktober 1973, Rhoma mencanangkan semboyan "Voice of Moslem" (Suara Muslim) yang bertujuan menjadi agen pembaharu musik Melayu yang memadukan unsur musik rock dalam musik Melayu serta melakukan improvisasi atas aransemen, syair, lirik, kostum, dan penampilan di atas panggung. Menurut Achmad Albar, penyanyi rock Indonesia, "Rhoma pionir. Pintar mengawinkan orkes Melayu dengan rock". Tetapi jika kita amati ternyata bukan hanya rock yang dipadu oleh Rhoma Irama tetapi musik pop, India, dan orkestra juga. inilah yang menyebabkan setiap lagu Rhoma memiiki cita rasa yang berbeda.

Bagi para penyanyi dangdut lagu Rhoma mewakili semua suasana ada nuansa agama, cinta remaja, cinta kepada orang tua, kepada bangsa, kritik sosial, dan lain-lain. "Mustahil mengadakan panggung dangdut tanpa menampilkan lagu Bang Rhoma, karena semua menyukai lagu Rhoma," begitu tanggapan beberapa penyanyi dangdut dalam suatu acara TV.

Rhoma juga sukses di dunia film, setidaknya secara komersial. Data PT Perfin menyebutkan, hampir semua film Rhoma selalu laku. Bahkan sebelum sebuah film selesai diproses, orang sudah membelinya. Satria Bergitar, misalnya. Film yang dibuat dengan biaya Rp 750 juta ini, ketika belum rampung sudah memperoleh pialang Rp 400 juta. Tetapi, "Rhoma tidak pernah makan dari uang film. Ia hidup dari uang kaset," kata Benny Muharam, kakak Rhoma, yang jadi produser PT Rhoma Film. Hasil film disumbangkan untuk, antara lain, masjid, yatim piatu, kegiatan remaja, dan perbaikan kampung.

Ia juga terlibat dalam dunia politik. Di masa awal Orde Baru, ia sempat menjadi maskot penting PPP, setelah terus dimusuhi oleh Pemerintah Orde baru karena menolak untuk bergabung dengan Golkar. Rhoma Sempat tidak aktif berpolitik untuk beberapa waktu, sebelum akhirnya terpilih sebagai anggota DPR mewakili utusan Golongan yakni mewakili seniman dan artis pada tahun 1993. Pada pemilu 2004 Rhoma Irama tampil pula di panggung kampanye PKS.

Rhoma Irama sempat kuliah di Universitas 17 Agustus Jakarta, tetapi tidak menyelesaikannya. "Ternyata belajar di luar lebih asyik dan menantang," katanya suatu saat. Ia sendiri mengatakan bahwa ia banyak menjadi rujukan penelitian ada kurang lebih 7 skripsi tentang musiknya telah dihasilkan. Selain itu, peneliti asing juga kerap menjadikannya sebagai objek penelitian seperti William H. Frederick, doktor sosiologi Universitas Ohio, AS yang meneliti tentang kekuatan popularitas serta pengaruh Rhoma Irama pada masyarakat.

Pada bulan Februari 2005, dia memperoleh gelar doktor honoris causa dari American University of Hawaii dalam bidang dangdut, namun gelar tersebut dipertanyakan banyak pihak karena universitas ini diketahui tidak mempunyai murid sama sekali di Amerika Serikat sendiri, dan hanya mengeluarkan gelar kepada warga non-AS di luar negeri. Selain itu, universitas ini tidak diakreditasikan oleh pemerintah negara bagian Hawaii.

Sebagai musisi, pencipta lagu, dan bintang layar lebar, Rhoma selama karirnya, seperti yang diungkapkan, telah menciptakan 685 buah lagu dan bermain di lebih 10 film.

Pada tanggal 11 Desember 2007, Rhoma merayakan ulang tahunnya yang ke 61 yang juga merupakan perayaan ultah pertama kali sejak dari orok, sekaligus pertanda peluncuran website pribadinya, rajadangdut.com.[1]

[sunting] Kontroversi

  • Pada tahun 2003, Rhoma kembali menjadi sorotan media karena mengkritik Inul Daratista, penyanyi dangdut yang sedang naik daun karena mengandalkan gaya tarinya yang dianggap mesum. Rhoma dengan mengatas-namakan organisasi PAMMI (Persatuan Artis Musik Melayu Indonesia), menentang peredaran album Goyang Inul yang dirilis Blackboard pada akhir Mei 2003. Pada saat itu Rhoma Irama kemudian dikecam sebagai seorang munafik oleh pendukung Inul.
  • Juga pada tahun 2003, Rhoma dalam sebuah pengerebekan, tertangkap basah beduaan di apartemen Angel Lelga, sekitar jam 11-4 pagi. Pengerebekan ini banyak ditayangkan media infotainment, dan menjadi permulaan turunnya pamor raja dangdut ini. Kejadian ini disanggah Rhoma dengan berdalih bahwa ia hanya memberikan nasehat dan petuah agar menghindarkan Angel Lelga dari jurang kenistaan, setelah beberapa waktu kemudian rhoma mengakui bahwa ia sebenarnya telah menikah dengan Angel Lelga.[2]
  • Pada November 2005, tayangan Kabar-kabari memberitakan Rhoma Irama mengatakan GIGI adalah band frustasi dan tidak kreatif. Komentar tersebut berhubungan dengan kesuksesan album rohani Raihlah Kemenangan yang dirilis GIGI. Menurut Rhoma, album yang sepenuhnya berisi lagu aransemen ulang itu mengesankan kelompok musik tersebut sebagai band yang frustasi dan tidak kreatif. Berita ini kemudian disanggah oleh Rhoma. (Sebenarnya berita ini sudah di ralat, setelah Rhoma Irama mengirimkan protes ke meja redaksi RCTI dan manajemen acara infotaintment KABAR-KABARI. Berita ini beredar karena kesalahan narator dalam menanggapi berita tentang pernyataan Rhoma Irama. Dan Rhoma Irama sendiri dengan band GIGI tidak ada masalah dan "santai" saja.[3]
  • Pada Januari 2006, kembali Rhoma di hadapan anggota DPR mengeluarkan pernyataan menentang aksi panggung Inul, dalam dengar pendapat pembahasan RUU Antipornografi antara DPR dan kalangan artis.

[sunting] Keluarga

  • Rhoma menikahi Veronica pada 1972, seorang wanita Nasrani yang menjadi muslim setelah dinikahinya, yang kemudian memberinya tiga orang anak, Debby (31), Fikri (27), dan Romy (26). Rhoma akhirnya bercerai dengan Veronica bulan Mei 1985.
  • Sebelum bercerai, sekitar setahun sebelumnya, Rhoma menikahi Ricca Rachim, juga seorang wanita Nasrani yang kemudian menjadi muslim setelah dinikahinya — lawan mainnya dalam beberapa film seperti Melodi Cinta, Badai di Awal Bahagia, Camellia, Cinta Segitiga, Pengabdian, Pengorbanan, dan Satria Bergitar. Hingga sekarang, Ricca tetap mendampingi Rhoma sebagai istri.
  • Pada tanggal 2 Agustus 2005, Rhoma mengumumkan telah menikahi artis sinetron Angel Lelga secara siri pada 6 Maret 2003, namun hari itu juga ia menceraikannya.
  • Veronica sempat menikah kembali (1991) kemudian sang suami yang seorang pejabat meninggal, Veronica sendiri meninggal di tahun 2005 dengan mengalami berbagai penyakit, anak-anaknya mengakui pada pers selama Veronica sakit Rhoma Irama lah yang menanggung semua biaya perawatan hingga ke Singapura mengingat Veronica bukan lagi artis yang produktif dan telah menjadi janda karena suaminya telah meninggal. Keluarga mencatat bahwa Rhoma tetap berperan dalam keluarga tersebut.
  • Pada saat Rhoma Irama digerbek oleh wartawan di Apartemen bersama Angel Lelga sebenarnya keduanya telah menikah secara siri, otak dibalik pengebrakan tersebut adalah Yati Octavia dan suaminya Pangky Suwito yang juga tinggal di Apartemen Semanggi dan turut hadir bersama wartawan pada saat pengebrekan. [4]

[sunting] Diskografi

(belum lengkap)

[sunting] Filmografi