Selasa, 16 Februari 2010

IKKE NURJANAH


PROFILE IKKE NURJANAH

Sampai kini kalau ditanya, mungkin Ikke Nurjanah masih belum percaya kalau ia telah menjadi penyanyi Dangdut yang memiliki suara khas dan dikenal luas oleh public Indonesia. Mungkin karena awalnya ia tidak pernah bercita-cita menjadi penyanyi professional. Ia lebih memilih ingin menjadi seorang guru Taman Kanak-kanak. Sebuah cita-cita yang mulia tentunya.

Menyanyi buat Ikke adalah sebuah hobby. Kapan dan dimanapun sejak kecil ia memang suka menyanyi. Mungkin ini berkat darah seni yang mengalir dari kakeknya yang seorang musisi Melayu Deli atau juga dari Ayahnya yang memang gemar menyanyi lagu-lagu Melayu Deli. Kepada kedua orang inilah Ikke kecil kerap berlatih menyanyi. Lagu-lagu Melayu pun bukan hal asing untuk telinganya

Berangkat dari lingkungan keluarga sederhana di bilangan Pademangan, Jakarta Utara dimana di pemukiman padat ini musik Dangdut telah menjelma menjadi salah satu idola masyarakat sekitar. Tak jarang panggung-panggung pertunjukan musik Dangdut digelar masyarakat disana. Baik dalam memeriahkan acara hajatan keluarga, atau memperingati hari besar. Ikke kecil pun turut larut diantara massa pencinta musik Dangdut.

ikke_edit.jpgKetika masyarakat menggelar panggung Dangdut 17 Agustus-an, dengan masih mengenakan celana pendek, Ikke kecil dipaksa tantenya untuk menyanyi diatas panggung. Maka mengalunlah lagu “Bunga Dahlia” yang saat itu amat popular lewat vocal Ida Laela. Ikke mampu

mendendangkan lagu itu dengan sangat sempurna, sehingga sejak itu warga pademangan seolah telah memiliki “penyanyi” kebanggaan mereka sendiri. Tiap kali kali menggelar acara musik Dangdut, Ikke pasti diminta untuk menyanyi. Tuntutan untuk memiliki baju menyanyi atau alat Make-up pun muncul, sang tante, dengan semangatnya mendandani Ikke kecil selayaknya penyanyi sungguhan. Meski hal itu kadang bertentangan dengan hati kecil Ikke sendiri.

Sampai suatu ketika, ada seorang pencari bakat bernama Imam Badawi melihat talenta yang dimiliki Ikke, Maka diperkenalkannya Ikke dengan seorang produser rekaman.

Dari sinilah, perjalanan karir itu dimulai. Dari sini pula nama Hartini Erpi Nurjanah berganti menjadi Ikke Nurjanah.

Selanjutnya panggung-panggung pertunjukan musik Dangdut tanah air mulai mengenal seorang penyanyi Dangdut bersuara khas telah hadir mengisi khasanah musik Dangdut Indonesia.
BIODATA IKKE NURJANAH :

Nama : Hartini Erpi Nurjanah

Panggilan : Ikke Nurjanah

Lahir : Jakarta, 18 Mei 1974

Agama : Islam

Alamat : Jl. Benda No 36 Kav 105, Ciganjur, Jakarta 12630

Pendidikan : Sarjana Ekonomi Univ. Jayabaya, Jakarta 1999.

• Profesi : Penyanyi, Presenter, Model Iklan.

Pekerjaan : PR Manager Radio Dangdut TPI & Woman Radio
PENGHARGAAN

Penyanyi Dangdut Terbaik AMI Award 1997.

Penyanyi Grup/Duo Terbaik AMI Award 1999.

Penyanyi Favorit Wanita Anugerah Dangdut TPI 2000.

Album Dangdut Terbaik AMI Award 2001/2002

Video Clip Dangdut Terbaik 2002

Penyanyi Dangdut Terbaik MTV Indonesia 2002

Penyanyi Dangdut Ngetop SCTV Award 2002

Penyanyi Dangdut Terbaik AMI Award 2004

Artis Solo Wanita Dangdut Kontemporer Terbaik AMI Award 2004

Album Terbaik AMI Award 2004

Penyanyi Wanita Tersohor Anugerah Dangdut Pemirsa TPI 2005

SHOW

Indonesia

Brunei Darusalam

Singapura

Malaysia

Korea Selatan

Jepang

Australia

Belanda

Inggris

TV Commercial

Betadine Sachet, 1995-1996

Emeron Shampo, 1997-1998.

Tolak Angin Sido Muncul, 1998-1999.

Hitachi Kompor Gas.1998 -2001.

Sarimi 2000-2004.

Bogasari Promoseru, 2000.

Paracetine Obat Flu Anak, 2000.

Bogasari Segitiga Biru, 2001-2005

Simas Margarine, 2001

Biskuit SUN, 2002 - 2007.

PSA KADARZI - DEPKES RI 2006 & 2007.

Matrix Parabola, 2008

MC / PRESENTER

1997, Malam Nominasi Anugerah Dangdut TPI

1998,Talkshow BKKBN ( TPI ).

1999, Kopi Susu (anteve)

2001 – 2004, Kuis Sajian Bersama Bogasari ( IVM & RCTI )

2006-sekarang, memandu acara CENGKOKIN Dong ( Radio Dangdut TPI)

2007, Radio Dangdut TPI On TV ( TPI)

2004-2007, Penasihat Tamu KDI, Kontes Dangdut TPI ( TPI )

2007-2008, Komentator Tetap Reality Show Stardut (Indosiar)

FILM : Berbagi Suami ( Producer/Sutradara : Nia Dinata )

SINETRON : KAMPUNG DANGDUT ( INDOSIAR )

KRISTINA


Kristina
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Kristina
Kristina.jpg
Nama lahir Kristina Iswandari
Lahir 8 Mei 1976 (umur 33)
Flag of Indonesia.svg Pemalang, Indonesia
Pekerjaan aktris, penyanyi
Tahun aktif 2002 - sekarang
Pasangan Al Amin Nur Nasution

Kristina Iswandari (lahir di Pemalang, Jawa Tengah, 8 Mei 1976; umur 33 tahun) adalah seorang penyanyi dangdut Indonesia. Karena sering berpenampilan dan berwajah mirip Krisdayanti, julukan Krisdayanti Dangdut ("KD") pun disandangnya.
Daftar isi


* 1 Karir dangdut
* 2 Karir sinetron dan film
* 3 Kehidupan Pribadi
* 4 Diskografi
* 5 Sinetronografi
* 6 Filmografi
* 7 Prestasi
* 8 Iklan
* 9 Catatan kaki
* 10 Pranala luar

Karir dangdut

Sejak kecil Kristina sangat suka menyanyi. Usia 12 tahun ia sudah mulai naik panggung, kemudian Putri ke-5 pasangan Bowo Sukiswo dan Dariah ini bernyanyi dari panggung ke panggung. Setelah lulus sekolah SMA PGRI 1 Pemalang, Jawa Tengah, ia mengikuti orang tuanya hijrah ke Jakarta.

Meski lebih fasih bernyanyi lagu pop dan rock, namun tawaran yang datang adalah bernyanyi lagu dangdut. Kristina yang tidak bisa nyanyi dangdut, akhirnya berinisiatif untuk belajar cengkok..Ia masuk dapur rekaman tahun 1998, album perdananya tersebut berjudul "Berakhir Pula". Albumnya terbilang tidak begitu sukses, hanya terjual sekitar 50 ribu kopi. Namun untuk ukuran pendatang baru, jumlah ini termasuk besar. Nama Kristina semakin meroket saat mendendangkan lagu "Jatuh Bangun" dari album keduanya. Konon album ini mencapai penjualan ratusan ribu kopi. Kehadiran Kristina dinilai memberi kesan baru di blantika musik dangdut Indonesia.

Berbagai penghargaan pun disabetnya sebagai buah manis perjuangannya di musik dangdut. Penghargaan yang diperolehnya antara lain, Penyanyi Wanita Dangdut Terbaik AMI Sharp 2002, MTV Dangdut (2003), dan Penyanyi Dangdut Terbaik (2004).

Karir sinetron dan film

Tak hanya olah vokal, Kristina juga mencoba ajang seni peran. Sinetron yang dibintanginya antara lain "Cinta Bukan Sayur Asem". Kristina pun bermain film bersama Agus Kuncoro, dalam film "Be Happy di Pinggir Kali". Skenario film tersebut merupakan hasil dari ajang kreasi Lomba Penulisan Skenario Film 2004 yang diselenggarakan oleh Kantor Menteri Negara Kebudayaan dan Pariwisata. Judul aslinya, Panggung di Pinggir Kali, dirubah menjadi Be Happy di Pinggir Kali agar lebih komersial.

Kehidupan Pribadi

Kristina pernah diisyukan dekat dengan Icha Jikustik, Saiful Jamil dan Ivan Zay. Namun akhirnya dia menambatkan hatinya pada anggota DPR-RI dan pengurus partai PPP (Partai Persatuan Pembangunan), Al Amin Nur Nasution. Meski pernikahan mereka tidak sepenuhnya mendapat restu dari kedua orang tua Kristina, mereka tetap menikah pada tanggal 4 Januari 2007. Sayangnya pasangan yang dipertemukan oleh penyanyi Emilia Contessa ini terancam berpisah. Baru menikah 6 bulan, tanggal 29 Juni 2007, Kristina mendaftarkan gugatan cerainya ke Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Namun akhirnya di bulan November 2007, keduanya sepakat damai dengan beberapa syarat yang diajukan oleh pihak Kristina.[1]

Cobaan mendera pasangan ini lagi, saat Al Amin ditangkap oleh KPK bersama empat orang lainnya pada tanggal 9 April 2008 dengan tuduhan menerima suap senilai Rp1,8 miliar.[2] Tanggal 9 Juli 2008, untuk kedua kalinya, Kristina memasukkan gugatan cerainya terhadap Al Amin.[3]

Diskografi

* Berakhir Pula
* Jatuh Bangun
* Sang Pujangga
* Berakhir Pula
* Bila Salah
* Secawan Madu
* Orang Pinggiran
* The Best Kristina (2002)

Sinetronografi

* Kristina (Singer of Dreams)
* Cinta Bukan Sayur Asem
* Bulan Dalam Air

Filmografi

* Be Happy di Pinggir Kali

Prestasi

* Penghargaan AMI Samsung untuk album ‘Secawan Madu’
* Penampilan Kostum Terbaik versi Go Show (2002)
* MTV Dangdut (2003)
* Indonesia Female All Star (2002)
* Penyanyi Dangdut Terbaik (2004)
* Lagu Terbaik (2004)
* Aransemen Terbaik (2004)
* Album dan Produksi terbaik (2004)
* Nominator Album Dangdut Terbaik AMI Sharp 2002
* Penyanyi Wanita Dangdut Terbaik AMI Sharp 2002
* Nominator Penyanyi Dangdut Paling Ngetop SCTV Award 2002

Iklan

* BRI Simpedes
* Contrex
* Formula
* Trust
* Marimas
* Obat Batuk Sari

Minggu, 14 Februari 2010

ELVY SUKAESIH


Elvy Sukaesih
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Elvy Sukaesih
Elvy sukaesih.jpg
Lahir 25 Juni 1951 (umur 58)
Flag of Indonesia.svg Jakarta, Indonesia
Pekerjaan aktris, penyanyi

Elvy Sukaesih (lahir di Jakarta, 25 Juni 1951; umur 58 tahun) adalah salah satu penyanyi dangdut Indonesia yang legendaris dan dijuluki sebagai "Ratu Dangdut". Ia lahir dari pasangan asal Sumedang. Ia mulai menyanyi sejak di bangku kelas 3 SD.

Elvy menikah pada usia muda (19 tahun) dengan pemuda keturunan Arab, Zaidun Zeth. Kariernya mulai menanjak pada awal tahun 1970-an ketika menjadi penyanyi pendamping Rhoma Irama pada Orkes Melayu (OM) Soneta meskipun sebelumnya ia telah popular di berbagai panggung. Setelah berpisah dari Soneta (pada tahun 1975), ia bersolo karir dan tetap eksis dalam musik dangdut hingga sekarang. Ia sampai sekarang dianggap sebagai salah satu penyanyi dangdut dengan kualitas suara terbaik.
Daftar isi


* 1 Filmografi
* 2 Catatan kaki
* 3 Album
* 4 Pranala luar

Filmografi

* Assoy (1977)
* Jalal Kojak Palsu (1977)
* Penasaran (1977)
* Betty Bencong Slebor (1978)
* Mana Tahaaan... (1979)
* Cubit-Cubitan (1979)
* Kerinduan (1979)
* Kisah Cinta Rojali dan Zuleha (1979)
* Irama Cinta (1980)
* Aduhai Manisnya (1980)
* Gaya Merayu (1980)
* Senggol-Senggolan (1980)
* Mandi Madu (1986)
* Hantu Biang Kerok (2009)

·
Catatan kaki
Album


* Raja Dan Ratu - Rhoma Irama dan Elvy Sukaesih 1975
* Pesta Panen, 1990
* The Return of Diva, 1992

Beberapa lagu populer yang dinyanyikannya:

* Pengalaman Pertama
* Asoi
* Mandi Madu
* "Karena Penasaran"
* "Bukan Yang Pertama"
* "Sekuntum Mawar Merah" (ciptaan Rhoma Irama)
* "Kuda Lumping" (ciptaan Rhoma Irama)
* "Cubit-cubitan"
* "Pesta Panen"
* "Bulan di Ranting Cemara"
* "Mandi Madu"
* "Gadis atau Janda" (bersama Mansyur S.)
* "Gula-gula Cinta"
* "Bisik-bisik Tetangga"

RIDHO IRAMA


Ridho Irama
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Ridho Irama
Ridho Irama.jpg
Latar belakang
Nama lahir Muhammad Ridho Irama
Lahir 14 Januari 1989 (umur 21)
Flag of Indonesia.svg Jakarta, Indonesia
Nama lain Ridho Irama
Genre Dangdut
Pekerjaan Penyanyi
Orang tua Rhoma Irama (ayah)
Marwah Ali (ibu)

Muhammad Ridho Irama atau lebih dikenal dengan Ridho Irama (lahir di Jakarta, 14 Januari 1989; umur 21 tahun) adalah anak bungsu dari Raja Dangdut Indonesia, Rhoma Irama dengan istri ketiganya Marwah Ali wanita keturunan Arab-Palembang.

Ridho mulai mengikuti jejak ayahnya untuk berkiprah di musik dangdut. Saat ini Ridho sudah diperkenalkan pada masyarakat. Pada acara tahun baru 2009, sang ayah, Rhoma, mengajak Ridho untuk tampil di panggung dangdut bersama dengan grup band Soneta.

Sejak kecil, Ridho telah mencintai musik dangdut. Ia pertama kali naik panggung musik dangdut ketika masih duduk di bangku SMP kelas 3.

Demi meningkatkan pamor musik dangdut di negeri sendiri, Ridho membentuk grup band dengan aliran pop dangdut, Sonet 2. 22 Januari 2009, album perdana bersama Sonet 2 diluncurkan. Tentunya masih dengan campur tangan sang raja dangdut.

DANGDUT

Dangdut
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari


Dangdut merupakan salah satu dari genre seni musik yang berkembang di Indonesia. Bentuk musik ini berakar dari musik Melayu pada tahun 1940-an. Dalam evolusi menuju bentuk kontemporer sekarang masuk pengaruh unsur-unsur musik India (terutama dari penggunaan tabla) dan Arab (pada cengkok dan harmonisasi). Perubahan arus politik Indonesia di akhir tahun 1960-an membuka masuknya pengaruh musik barat yang kuat dengan masuknya penggunaan gitar listrik dan juga bentuk pemasarannya. Sejak tahun 1970-an dangdut boleh dikatakan telah matang dalam bentuknya yang kontemporer. Sebagai musik populer, dangdut sangat terbuka terhadap pengaruh bentuk musik lain, mulai dari keroncong, langgam, degung, gambus, rock, pop, bahkan house music.

Penyebutan nama "dangdut" merupakan onomatope dari suara permainan tabla (dalam dunia dangdut disebut gendang saja) yang khas dan didominasi oleh bunyi dang dan ndut. Nama ini sebetulnya adalah sebutan sinis dalam sebuah artikel majalah awal 1970-an bagi bentuk musik melayu yang sangat populer di kalangan masyarakat kelas pekerja saat itu.
Daftar isi


* 1 Dari musik Melayu ke Dangdut
* 2 Bangunan lagu
* 3 Interaksi dengan musik lain
* 4 Dangdut dalam budaya kontemporer Indonesia
* 5 Tokoh-tokoh
o 5.1 Pra-1970-an
o 5.2 1970-an
o 5.3 Setelah 1970-an
* 6 Pranala luar

Dari musik Melayu ke Dangdut

Dangdut kontemporer telah berbeda dari akarnya, musik Melayu, meskipun orang masih dapat merasakan sentuhannya.

Orkes Melayu (biasa disingkat OM, sebutan yang masih sering dipakai untuk suatu grup musik dangdut) yang asli menggunakan alat musik seperti gitar akustik, akordeon, rebana, gambus, dan suling, bahkan gong. Pada tahun 1950-an dan 1960-an banyak berkembang orkes-orkes Melayu di Jakarta yang memainkan lagu-lagu Melayu Deli dari Sumatera (sekitar Medan). Pada masa ini mulai masuk eksperimen masuknya unsur India dalam musik Melayu. Perkembangan dunia sinema pada masa itu dan politik anti-Barat dari Presiden Sukarno menjadi pupuk bagi grup-grup ini. Dari masa ini dapat dicatat nama-nama seperti P. Ramlee (dari Malaya), Said Effendi (dengan lagu Seroja), Ellya (dengan gaya panggung seperti penari India, sang pencipta Boneka dari India), Husein Bawafie (salah seorang penulis lagu Ratapan Anak Tiri), Munif Bahaswan (pencipta Beban Asmara), serta M. Mashabi (pencipta skor film "Ratapan Anak Tiri" yang sangat populer di tahun 1970-an).

Gaya bermusik masa ini masih terus bertahan hingga 1970-an, walaupun pada saat itu juga terjadi perubahan besar di kancah musik Melayu yang dimotori oleh Soneta Group pimpinan Rhoma Irama. Beberapa nama dari masa 1970-an yang dapat disebut adalah Mansyur S., Ida Laila, A. Rafiq, serta Muchsin Alatas. Populernya musik Melayu dapat dilihat dari keluarnya beberapa album pop Melayu oleh kelompok musik pop Koes Plus di masa jayanya.

Dangdut modern, yang berkembang pada awal tahun 1970-an sejalan dengan politik Indonesia yang ramah terhadap budaya Barat, memasukkan alat-alat musik modern Barat seperti gitar listrik, organ elektrik, perkusi, terompet, saksofon, obo, dan lain-lain untuk meningkatkan variasi dan sebagai lahan kreativitas pemusik-pemusiknya. Mandolin juga masuk sebagai unsur penting. Pengaruh rock (terutama pada permainan gitar) sangat kental terasa pada musik dangdut. Tahun 1970-an menjadi ajang 'pertempuran' bagi musik dangdut dan musik rock dalam merebut pasar musik Indonesia, hingga pernah diadakan konser 'duel' antara Soneta Group dan God Bless. Praktis sejak masa ini musik Melayu telah berubah, termasuk dalam pola bisnis bermusiknya.

Pada paruh akhir dekade 1970-an juga berkembang variasi "dangdut humor" yang dimotori oleh OM Pancaran Sinar Petromaks (PSP). Orkes ini, yang berangkat dari gaya musik melayu deli, membantu diseminasi dangdut di kalangan mahasiswa. Subgenre ini diteruskan, misalnya, oleh OM Pengantar Minum Racun (PMR) dan, pada awal tahun 2000-an, oleh Orkes Pemuda Harapan Bangsa (PHB).

Bangunan lagu

Meskipun lagu-lagu dangdut dapat menerima berbagai unsur musik lain secara mudah, bangunan sebagian besar lagu dangdut sangat konservatif, sebagian besar tersusun dari satuan delapan birama 4/4. Jarang sekali ditemukan lagu dangdut dengan birama 3/4, kecuali pada beberapa lagu masa 1960-an seperti Burung Nuri dan Seroja. Lagu dangdut juga miskin improvisasi, baik melodi maupun harmoni. Sebagai musik pengiring tarian, dangdut sangat mengandalkan ketukan tabla dan sinkop.

Bentuk bangunan lagu dangdut secara umum adalah: A - A - B -A,

namun dalam aplikasi kebanyakan memiliki urutan menjadi seperti ini:

Intro - A - A - Interlude - B (Reffrain) - A - Interlude - B (Reffrain) - A

Intro dapat berupa vokal tanpa iringan atau berupa permainan seruling, selebihnya merupakan permainan gitar atau mandolin. Panjang intro dapat mencapai delapan birama.

Bagian awal tersusun dari delapan birama, dengan atau tanpa pengulangan. Jika terdapat pengulangan, dapat disela dengan suatu baris permainan jeda (interlude). Bagian ini biasanya berlirik pengantar tentang isi lagu, situasi yang dihadapi sang penyanyi.
Gendang atau tabla, salah satu alat musik utama dangdut

Lagu dangdut standar tidak memiliki refrain, namun memiliki bagian kedua dengan bangunan melodi yang berbeda dengan bagian pertama. Sebelum memasuki bagian kedua biasanya terdapat dua kali delapan birama jeda tanpa lirik (interlude). Bagian kedua biasanya sepanjang dari dua kali delapan birama dengan disela satu baris jeda tanpa lirik. Di akhir bagian kedua kadang-kadang terdapat koda sepanjang empat birama. Lirik bagian kedua biasanya berisi konsekuensi dari situasi yang digambarkan bagian pertama atau tindakan yang diambil si penyanyi untuk menjawab situasi itu.

Setelah bagian kedua, lagu diulang penuh dari awal hingga akhir. Lagu dangdut diakhiri pada pengulangan bagian pertama. Jarang sekali lagu dangdut diakhiri dengan fade away.

Interaksi dengan musik lain

Dangdut sangat elastis dalam menghadapi dan mempengaruhi bentuk musik yang lain. Lagu-lagu barat populer pada tahun 1960-an dan 1970-an banyak yang didangdutkan. Genre musik gambus dan kasidah perlahan-lahan hanyut dalam arus cara bermusik dangdut. Hal yang sama terjadi pada musik tarling dari Cirebon sehingga yang masih eksis pada saat ini adalah bentuk campurannya: tarlingdut.

Musik rock, pop, disko, house bersenyawa dengan baik dalam musik dangdut. Aliran campuran antara musik dangdut & rock secara tidak resmi dinamakan Rockdut. Demikian pula yang terjadi dengan musik-musik daerah seperti jaipongan, degung, tarling, keroncong, langgam Jawa (dikenal sebagai suatu bentuk musik campur sari yang dinamakan congdut, dengan tokohnya Didi Kempot), atau zapin.

Mudahnya dangdut menerima unsur 'asing' menjadikannya rentan terhadap bentuk-bentuk pembajakan, seperti yang banyak terjadi terhadap lagu-lagu dari film ala Bollywood dan lagu-lagu latin. Kopi Dangdut, misalnya, adalah "bajakan" lagu yang populer dari Venezuela.

Dangdut dalam budaya kontemporer Indonesia

Oleh Rhoma Irama, dangdut dijadikan sebagai alat berdakwah, yang jelas terlihat dari lirik-lirik lagu ciptaannya dan dinyatakan sendiri olehnya. Hal inilah yang menjadi salah satu pemicu polemik besar kebudayaan di Indonesia pada tahun 2003 akibat protesnya terhadap gaya panggung penyanyi dangdut dari Jawa Timur, Inul Daratista, dengan goyang ngebor-nya yang dicap dekaden serta "merusak moral".
Penyanyi dangdut Inul Daratista

Jauh sebelumnya, dangdut juga telah mengundang perdebatan dan berakhir dengan pelarangan panggung dangdut dalam perayaan Sekaten di Yogyakarta. Perdebatan muncul lagi-lagi akibat gaya panggung penyanyi (wanita)-nya yang dinilai terlalu "terbuka" dan berselera rendah, sehingga tidak sesuai dengan misi Sekaten sebagai suatu perayaan keagamaan.

Dangdut memang disepakati banyak kalangan sebagai musik yang membawa aspirasi kalangan masyarakat kelas bawah dengan segala kesederhanaan dan kelugasannya. Ciri khas ini tercermin dari lirik serta bangunan lagunya. Gaya pentas yang sensasional tidak terlepas dari nafas ini.

Panggung kampanye partai politik juga tidak ketinggalan memanfaatkan kepopuleran dangdut untuk menarik massa. Isu dangdut sebagai alat politik juga menyeruak ketika Basofi Sudirman, pada saat itu sebagai fungsionaris Golkar, menyanyi lagu dangdut.

Walaupun dangdut diasosiasikan dengan masyarakat bawah yang miskin, bukan berarti dangdut hanya digemari kelas bawah. Di setiap acara hiburan, dangdut dapat dipastikan turut serta meramaikan situasi. Panggung dangdut dapat dengan mudah dijumpai di berbagai tempat. Tempat hiburan dan diskotek yang khusus memutar lagu-lagu dangdut banyak dijumpai di kota-kota besar. Stasiun radio siaran yang menyatakan dirinya sebagai "radio dangdut" juga mudah ditemui di berbagai kota.

Tokoh-tokoh

Berikut adalah nama-nama beberapa tokoh penyanyi dan pencipta lagu dangdut populer yang dibagi dalam tiga kelompok kronologis, sesuai dengan perkembangan musik dangdut.

Pra-1970-an

* Husein Bawafie
* Munif Bahaswan
* Ellya
* A. Harris
* M. Mashabi
* Said Effendi
* Johana Satar
* Hasnah Tahar

1970-an

* A. Rafiq
* Rhoma Irama
* Elvy Sukaesih
* Mansyur S.
* Mukhsin Alatas
* Meggy Z
* Herlina Effendi
* Reynold Panggabean
* Camelia Malik
* Ida Laila

Setelah 1970-an

* Vetty Vera
* Nur Halimah
* Hamdan ATT
* Iis Dahlia
* Itje Tresnawaty
* Evie Tamala
* Ikke Nurjanah
* Kristina
* Cici Paramida
* Dewi Persik
* Inul Daratista
* Ridho Rhoma